Hilangnya sebuah arah

Wismar, 2020.

Hampir 5 tahun. Yep! Hampir lima tahun gue udah tinggal di Jerman.

Yaah mungkin kalo orang bilang, masih seumur jagung deh, belom ada apa-apanya sama para sesepuh yang udah sampe puluhan tahun tinggal di sini :’).

dan selama 5 tahun itulah gue bener-bener mengalami sendiri pahit manisnya tinggal di sini. Hal itu juga yang gue sendiri sadar, telah banyak mengubah hidup gue. Mulai dari tingkah laku, gaya hidup dan bahkan pola pikir. Tapi akhir-akhir ini gue merasa jenuh. Gue merasa lama-lama udah mulai bosen sama. . . . . . *inhale exhale* negara ini.

Yes, I know! mungkin bagi sebagian orang melihat gue di sini hidupnya udah enak, tinggal di sini dengan segalanya yang (serba) ada, termasuk fasilitas-fasilitas yang gue dapetin di sini. but that’s not what I’m gonna talking about.

Seindah-indahnya tinggal di sini kadang gue merasa kecil. Gue kangen Indonesia. Gue kangen orang-orangnya yang kadang receh, lucu, kadang ramah. Gue juga kangen makanannya!! OMG!!! Tiap buka instagram, selalu aja muncul tempat makan baru atau cuma bisa liat postingan makanan-makanan yang gue suka tuh, huft… menyedihkan.

“Yaudah, lu pulang aja lah ke Indonesia!”

Mungkin ini adalah isi di pikiran kalian, hehe. Yes, I do and I will. Tapi kapan? Entahlah. Banyak urusan yang harus gue selesaikan sebelum pulang. Termasuk ngumpulin pundi-pundi euro. Banyak juga hal-hal yang akhirnya mengisi beban di pikiran gue hingga akhirnya gue kadang jadi stress, termasuk kepindahan kami beberapa bulan yang lalu.

Tinggal di kampung kecil juga menjadi beban buat gue. Gue merasa tersesat di sini. Sebelumnya gue tinggal di kota Lübeck, dan gue merasa okay-okay aja. Di sana gue punya temen, semua toko serba ada dan saat itu gue baru dapet pekerjaan yang gue suka. Hingga akhirnya kita memutuskan buat pindah, jujur saat itu gue sedih.

*ngetik beginian aja gue hampir nangis*, huhu sob sob.

Gue merasa jadi semakin kecil di tempat ini. Gue bahkan sempet pengen ngamuk ketika waktu itu gue harus ke optik karena gue butuh kacamata. Letak optiknya ada di pusat kota sebelah. Waktu itu jam menunjukkan pukul 14.10 dan ketika gue jalan menyusuri pusat kota itu, gue bingung.

“Kok sepi, njir

Begitu gue berdiri di depan pintu optik tersebut, gue melihat stiker yang menunjukkan jam mereka buka dan tutup.

10.00 – 14.00

TOKO MACEM APA INI, SIAL4N!!!

dan begitupun dengan toko-toko lainnya. Semua buka jam 10 dan tutup jam 2 siang, pada hari sabtu. tentunya hari minggu tutup, dong. Mereka butuh nge-chill. Sepanjang perjalanan gue ngedumel, tololnya juga kenapa gue ga ngecek jam operasional mereka sebelum berangkat. Hahh!!

Di sini pun gue belum menemukan orang Indonesia satu pun. Gue juga udah sempet tanya-tanya lewat grup di Facebook dan hanya menemukan 1 orang, itu pun tinggalnya di kota sebelah, huhu! I’m forever alone. Yes, menambah beban pikiran lagi! Hurraaaa!

Anyway, balik lagi ke tema awal. Gue juga udah 3 tahun belum balik lagi. Kangen sama keluarga juga lah yang menambah beban pikiran gue saat ini. Ditambah lagi tabungan belum cukup untuk ini-itu, huhuhu sediih! Apalagi denger lagu Yura Yunita yang judulnya Jalan Pulang, aaaaaaa!!

Jadi ya gitu, kesedihan-kesedihan ini membuat gue stress dan membuat gue jadi sering ngelamun, scroll-scroll ga jelas, dan menambah sedih lagi. Mungkin emang harus begini ya, memilih untuk tinggal di sini ya berarti harus meninggalkan yang lain. Walaupun suatu saat nanti masih bisa dikunjungi.

Begitulah, hilang arahnya seorang saya *apa sih*.

Tinggalkan komentar