Malang tak berbau

Meme ini mirip sama Alex pas baru bangun tidur 🤣

Ternyata kisah tentang si pria berhati Hello Kitty ini belum berakhir sampai di situ saja, Ferguso! Berkali-kali dia tertimpa tangga, sebelum akhirnya tertimpa rumah tangga sama gue (apaan lagi dah). Kali ini gue mau bahas tentang kemalangan-kemalangan yang terjadi dalam hidupnya, dan sebelumnya gue udah dapet ijin untuk menceritakan kemalangannya ini.

Ternyata bersikap baik dan manis aja ga bisa menghentikan hal buruk yang menimpa seseorang. Buktinya, Alex yang menurut gue udah sempurna dalam bersikap aja masih bisa terkena hal buruk. Itu pun ga cuma sekali dua kali, alias bertubi-tubi.

Semoga ketemu gue bukan jadi hal yang buruk buat dia, yak!

Jadi begini ceritanya.. dulu ketika kita kenalan, gue sempet juga kepoin Facebooknya dan di backgroundnya dia memajang sebuah foto mobil sport berwarna merah.

Cakep euy! Bentar bentar, yang mane?

Uwidiiih! Gue bakal di jemput pake mobil sport!

Ternyata tidak, Bambang! Lupakanlah angan-anginmu itu. Dia datang dengan mobil VW Golf nya yang kalau gue perhatiin pas dia masuk mobil,

ini orang muat kaga masuk mobilnya? Eh muat ternyata.

Lalu gue bertanya lah, kemana perginya gerangan si mobil merah merona itu yang ternyata merk Toyota Celica.

„mobilnya udah hangus terbakar“

HAHH?! SERIUSAN LU?! EBUSET KOK BISA?!

Yah bisa aja, namanya juga Jerman. Jadi ceritanya mobil sport ini mobil kesayangannya yang dia rakit sendiri. Yah namanya juga masih muda ya kan, ada kebanggaan sendiri kalau punya mobil bagus.

„Lah terus siapa yang bakar?“

Gue malah ikutan terbakar emosi. Bisa-bisanya mobil dibakar, cuy! Bakar sate sih boleh lah, lah ini.. Gue juga sempet menduga-duga pasti ada salah satu temennya yang iri sama mobilnya dia dan endingnya dibakar lah mobil itu.

„Pelakunya baru ketahuan 4 tahun kemudian. Dia cuma orang gelandangan ga jelas yang iri lihat orang lain punya mobil & dibakarlah mobilku. Dia juga ga bisa bayar ganti rugi“

Akfjfkekaolfnekskabdjjsksnfndllslansndkfkndkdkd

„yah, I‘m so sorry to hear that. Next time kita rakit bareng-bareng okay“

Gue berusaha supaya dia ga sedih lagi dengan bilang begitu, padahal gue juga kaga punya duit, huhuhu!

„Aku udah ga minat rakit mobil lagi, mahal banget“

Alhamdulillah, dompet aman.

Lagian kalau cuma mobil 2 pintu, kaga cocok buat kita. Sekarang kita berdua sama-sama gembrot jadi kaga muat masuk mobil. Ditambah lagi tiap kita belanja mingguan. Mau taruh dimane ntu kantong belanjaan?

Ternyata, usut punya usut memang hal kayak gitu udah jadi kriminalitas yang lumrah di negara ini. Gue juga sering baca berita ada mobil yang dibakar cuma karena pelaku iri sama korban. Hadehhh. Duit itu, DUIIIIITTTT!

Yang parahnya, mobil tetangganya malah angus 😭

Lalu cerita ga berhenti di situ aja. Kali ini gue mau cerita tentang kisah tragis ibunya. Gue pun sebenernya tiap inget-inget kisah ini rasanya pilu banget. Gue pun juga udah dapet ijin untuk diceritakan di blog gue.

Ketika gue sempet ngulik tentang keluarganya gue mendapatkan cerita ini. Ketika dia tinggal di Lübeck, dia cerita bahwa sebelumnya dia ga tinggal sendirian di kota ini, melainkan dengan ibunya. Tapi ibunya tinggal di rumah & lokasi yang berbeda. Beliau tinggal dengan suaminya, ya bisa dibilang ayah tirinya Alex deh.

Somehow gue bertanya, dimana beliau tinggal. Dia jawab,

„ibuku udah meninggal“

Oh okay, turut berdukacita atas meninggalnya ibumu, Schatz. Lalu mengalirlah cerita dari mulutnya.

Ketika Alex berusia kurang lebih 16 tahun, akhirnya sang mama memutuskan untuk mengakhiri hubungan dengan suaminya (ayah kandung Alex). Sang mama merasa seperti burung dalam sangkar emas. Beliau dapat segalanya tapi merasa terbatas. Sehingga ketika Alex sebagai anak bungsu sudah berusia 15 tahunan, beliau merasa

„okay, kamu sudah matang. Kamu bisa urus dirimu sendiri“

Dan akhirnya beliau memutuskan untuk bercerai dan mengembangkan sayapnya. Setelah itu beliau berkenaln dengan seorang pria (kita sebut saja Mr.X) dan mereka pindah ke Spanyol. Di sana mereka membeli tanah & membangun sebuah rumah kecil dari uang simpanan beliau.

Suatu hari beliau merasa hubungannya ini ga bisa dilanjutin lagi hingga akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dan pindah kembali ke Jerman. Uang yang sudah mereka pakai diminta kembali oleh beliau tapi tidak perlu diganti saat itu juga.

Sepulangnya ke Jerman, beliau berkenalan dengan seorang pria dan akhirnya menikah dan menetap di Lübeck. Si mama teringat akan uang yang sudah dipakai bersama Mr.X untuk membangun rumah. Beliau meminta kembali uang tersebut dan sengaja memberi kelonggaran untuk tidak secepatnya uang tersebut dikembalikan. Yang terpenting uang tersebut kembali meskipun harus menunggu beberapa tahun kemudian.

Mr.X merasa kesal, ia juga tidak bisa mengembalikan uang tersebut. Karena ia merasa tersudut, ia mengambil jalan pintas dengan membuat sebuah rencana.

Beliau kala itu sedang di rumah dengan suaminya mendengar bell pintu berbunyi. Seorang tukang pos. Beliau membuka pintu dan mendapati seorang tukang pos itu adalah Mr.X yang sengaja melamar kerja sebagai tukang pos demi melancarkan aksinya. Perlu digarisbawahi, sengaja melamar kerja sebagai tukang pos.

*terdengar beberapa kali suara tembakan*

Suaminya yang mendengarnya pun langsung berusaha melindungi istrinya, namun nahas keduanya tidak bisa tertolong. Sang suami juga ikut meregang nyawa.

Mr.X yang berhasil melancarkan aksinya pun pergi dengan mobilnya beberapa ratus meter lalu berhenti di pinggir jalan dan kemudian kembali terdengar suara tembakan dari dalam mobilnya. Ia mengakhiri hidupnya sendiri dengan menembakkan senjata api di bagian kepalanya.

Usut punya usut ternyata Mr.X adalah salah satu atlet tembak. Dan lebih mengerikannya lagi, ia tidak bisa menggunakan akal sehatnya hingga akhirnya melancarkan aksi tersebut. Padahal sang mama pun sudah memberi kelonggaran untuk mengembalikan uangnya tersebut.

„Jadi, peristiwa itu sampai masuk berita kah?“ gue bertanya dengan polos setengah goblok.

„Jelas, itu kan bukan kejadian yang kamu temukan setiap hari. Bahkan sempat masuk koran & tv“

Tragis memang. Tapi awalnya gue juga ga percaya, masa iya sih? Udah kayak di film-film aja. Hingga akhirnya sebelum kami pindah rumah, kebetulan ayah kandungnya datang berkunjung dan meminta Alex untuk diantarkan ke makam sang mantan istrinya tersebut.

Di sana kami berdiri tepat di depan sebuah nisan kecil yang bertuliskan nama dari ibu kandung dan ayah tirinya Alex, dan dengan tanggal kepergian yang sama.

Gue mematung saat itu juga. Cerita itu bener-bener terjadi. Gue sempat mengira cerita itu cuma karangan Alex untuk mencuri perhatian gue aja. Ternyata tidak. Sampai sekarang pun gue masih sedih kalau gue inget-inget cerita ini. Bahkan kalau kita lagi nonton film entah kartun atau apapun itu dan ada adegan sedih antara tokoh utama dengan ibunya, gue suka nangis diem-diem. Ya sedih lah! Gue inget Alex sama mamanya! Padahal dia sendiri duduk di samping gue, ya biasa aja.

„ya itu kan udah beberapa tahun lalu. Es ist schon vorbei

Kadang kalau gue amatin foto ibunya, gue selalu ngomong dalam hati, seakan-akan berjanji dengan beliau kalau gue bakal rawat si manusia setengah beruang ini dengan sepenuh hati. Walau kadang endingnya gue getak palanya karena males taruh barang & males mandi.

„kamu pernah berpikir ngga, sebelum anak kita lahir, dia udah kenalan duluan dengan neneknya terus mereka sibuk ngomongin kamu“

dan kita berdua pun nangis bareng-bareng.

Siapa yang taruh bawang disini, hey!

Tinggalkan komentar